“Tempatnya lumayan OK untuk ukuran Bekasi, berlantai 3. Orang banyak occupy di lantai 2, selain ada live music (kalau nggak salah pada malam sabtu dan malam minggu) ada juga VIP room yang free of charge dengan nominal tertentu. Makanan....semi fine dining, minuman lumayan (aneka juice dan aneka semi cocktail). Yang pasti banyak juga kumpulan-kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang book tempat itu.”
Bekasi, dobeldobel.com
Sebuah komentar yang kami baca dari sebuah situs ayojajan.com, cukup membuat kami tergelitik membahasnya di forum redaksi. Pasalnya, kota Bekasi memang relatif tidak menyediakan tempat yang nyaman untuk berdiskusi tentang segala hal yang ingin ditulis. Tentu saja selain ruangan kantor yang memang setiap hari menjadi gardu induk, bagi segala aktifitas reportase dan penulisan awak dobeldobel.com. Inginnya, ada sebuah (atau bahkan banyak,red) tempat yang kondusif bagi terciptanya realisasi sebuah ide menjadi aksi nyata, namun tidak perlu terlalu jauh dari wilayah kota Bekasi.
Memang, Bekasi dan kotanya memang unik. Nyaris semua aktifitas kehidupan yang menjadi urat nadi bersemu hedonis, berkutat di sekitar pintu tol Bekasi Barat. Sebenarnya ini juga dampak dari pembangunan jalan tol Cikampek, yang akhirnya juga berbuntut tumbuhnya kawasan bisnis, jasa, dan perdagangan dalam bentuk visual yakni supermarket dan mall. Siapa sangka, dampak ikutan dari jalan bebas hambatan itu adalah mati suri-nya jalur nadi kota tua (walaupun penulisan ”tua” ini masih menjadi perdebatan sengit diantara awak dobeldobel.com, karena usia kota bekasi yang baru lepas satu dekade), yakni Jl Ir. H. Juanda.
Mengenai Jl. Ir. H. Juanda, perlu dobeldobel.com sampaikan, bahwa lokasinya membentang mulai dari dari ex. patung lele (sekarang udah nggak ada... yang ada cuma patung bambu runcing dan iklan extra joss!), sampai terminal Bekasi. Jalur ”tua” ini memang mengesankan mati suri, walaupun nyaris seluruh trayek angkutan kota, melayani jalur ini. Mengapa? Karena lalu lintas kendaraan hanya mengalir satu arah saja, yakni menuju terminal, tanpa adanya arus balik.
“Disini kami menyediakan Atmosfer!” tukas Dedi (Deddy Effendy, SH., manajer F&B Cafe ini). Itu keterangan yang sontak, membuat terang jalan kami untuk menemukan tempat yang pas dan nyaman untuk brainstorming. Siapa nyana, dari jalur mati suri inilah, kami menemukan ”atmosfir” dengan oksigen berlimpah untuk berpikir, sehingga kami dapat bernafas lega, menghirup lusinan ide untuk dihisap kedalam aliran darah kreatifitas kami. Ini adalah buntut dari nukilan komentar dari ayojajan.com yang tertulis di bagian awal tulisan ini, dimana kami memburu lokasi pasti ” Tempatnya lumayan OK untuk ukuran Bekasi” itu. Ternyata, Dedi, memberikan segantang pencerahan.
Walaupun berada di jalur mati suri, setelah tiga tahun berjuang, ”cozy place” besutan Dedi ini mampu menjadi venue pilihan. Buktinya, secara tak sengaja kami temukan setelah browsing di DetikForum, dan menemukan nama tempat ini sebagai ”tempat yang asyik, komplit, di tengah kota bekasi, terutama bagi detikers bekasi untuk ngumpul”. Kemudian Uya Kuya dengan ”Hari yang aneh”-nya pernah mengerjai Gracia Indri di tempat ini. Belum lagi para ekspatriat dan karyawan asing di Jababeka dan MM2100 Cikarang yang memilih tempat ini sebagai lokasi hang out favorit. Belum lagi inventori ditori.com menyebutnya sebagai ”Tempat yang representatif di Bekasi untuk hang out, Gathering Party, dan meeting”. Belakangan Dedi baru mau berbagi rahasia, bahwasanya mereka ”Terbuka untuk semua kalangan”.
Memang, kami benar-benar menemukan atmosfer itu justru di jalur mati suri Kota Bekasi. Ada Wifi, untuk koneksi internet (terutama di lantai 2), minuman yang variatif , pas dengan isi kantong tentunya, dan suasana yang benar-benar cozy. Tak ketinggalan, lusinan makanan yang tersaji di daftar menu mereka. Apalagi anak pejabat (anak, bapak, dan emaknya) dan orang terkenal (baik dari Bekasi ataupun yg dari luar Bekasi) sering terlihat ngumpul di sini, pasti menjadi oase untuk bahan tulisan. Tinggal bawa komputer jinjing, pilih minuman, tempat duduk yang pas, dan online. Jangan khawatir bung, ”Bahkan colok listrik pun bebas-bebas saja, gak perlu charge bill tambahan” kelakar Dedi.
Oh ya, atmosfer itu bernama Nic’s Cafe.
Written By: Dian Purnama Putra (http://Parikesit.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar